Jumat, 28 November 2008

Memimpin Tanpa Memerintah

Rasul Petrus memberi pengarahan yang sangat baik kepada para gembala muda. Lihatlah dalam 1 Petrus 5:3, pengarahan itu berguna bagi gereja yang dilayani dan lebih berguna lagi bagi pembentukan karakter gembala itu sendiri. Salah satu arahan dari Rasul Petrus adalah "janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepada kamu." Inti dari arahan itu adalah supaya para gembala menjalankan tugas kepemimpinan mereka tanpa memerintah. Ada konsep yang ingin diusulkan untuk dilakukan para gembala yaitu konsel pemimpin minus perintah. Apa mungkin? Agak sulit memang, bagaimana kita dapat memimpin tanpa memberikan perintah. Tapi yang dimaksudkan oleh Rasul Petrus adalah 'berbuat seolah-olah' menjadi pemerintah atas jemaat. Sikap seolah-olah jadi pemerintah inilah yang tidak disukai oleh Rasul Petrus. Sikap ini lebih menunjukkan sikap arogan, merasa lebih tinggi, main perintah sana perintah sini, dan biasanya disertai dengan sikap sombong dan angkuh. Pemimpin gereja yang baik haruslah menghindari sikap menjadi pemerintah atas jemaat. Pemimpin jemaat adalah pelayan jemaat.
Kembali kepada 'apakah bisa memimpin tanpa memerintah' jawabannya sulit, tapi tetap saja bisa. Pemimpin tetap bisa menggerakkan roda organisasi dengan cara memberikan motivasi. memotivasi sangat berbeda dengan memberi perintah harian. Pemimpin hanya memberikan arahan pada saat brifing atau rapat, kemudian memberikan kepercayaan kepada pemegang mandat untuk melaksanakan tugas mereka dengan diberi keleluasaan untuk berinprofisasi dengan bijakasana. pemimpin hanya memantau apakah mereka melaksanakan tugas dengan baik dan benar sesuai dengan arahan. Kalau menyimpang maka akan dievaluasi pada saat rapat atau brifing selanjutnya.
Di sini Rasul petrus memberikan konsel 'memotivasi dengan teladan'. Pemimpin tidak hanya memberikan motivasi dengan kata-kata tetapi memberikan motivasi lewat keteladanan. Misalnya: kalau kita memberi arahan tentang perkunjungan maka pemimpin adalah orang terdepan yang melaksanakan perkunjungan itu.
Saya mencoba arahan ini di gereja saya. Saya jarang sekali memberi perintah kepada pengerja saya. Saya lebih senang memberikan motivasi untuk mendorong mereka melayani sesuai dengan bidangnya. Hasilnya cukup baik, mereka dapat melakukan tugasnya tanpa takut, dan saya tidak perlu berlelah-lelah memberikan perintah-perintah harian kepada mereka.
Saya mendorong para pemimpin, tinggalkan kebiasaan memerintah, menyuruh, membentak, marah, memaksa orang lain untuk melayani. Tetapi gantilah dengan model memotivasi dengan teladan. GBU

Selasa, 25 November 2008

Hati yang Berkobar untuk Bertemu Tuhan Yesus

Cerita mengenai orang majus menolong kita untuk melihat semangat dari hati yang menyala-nyala untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Orang-orang majus bergerak dari tempat kediaman mereka yang jauh untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Ada banyak rintangan yang mungkin mereka hadapi dalam pencarian mereka akan Juru Selamat itu. Hati yang berkobar-kobar itu membuat mereka tetap bersemangat melanjutkan perjalanan penemuan mereka, sampai akhirnya mereka bertemu dengan Yesus yang lantas menjadi Tuhan mereka.
Apakah kita pada saat ini cukup bersemangat untuk bertemu dengan Tuhan Yesus seperti orang-orang Majus itu? Banyak hal yang merintangi kita untuk secara rutin dapat bertemu dengan Dia dan masuk di dalam hadiratNya. Kebekuan hati kita membuat jarak yang cukup jauh dengan Dia dan mengendurkan semangat pencarian PribadiNya.
Apa yang harus kita pahami untuk menjaga agar tetap bersemangat untuk mencari Dia dalam keseharian kita?
Pertama adalah soal prioritas (Matius 2:2), orang-orang majus dalam ayat ini memprioritaskan pencarian Tuhan dalam agenda kehidupannya. Seperti kebanyakan kita, orang majuspun memiliki banyak kegiatan dalam hidupnya, mereka mungkin juga memiliki pekerjaan, memiliki keluarga, dengan demikian mereka pasti memiliki sekian banyak kesibukan. Akan tetapi ternyata mereka memilih untuk mengalahkan rutinitas kesibukan itu. Mereka memfokuskan diri untuk mencari Tuhan Yesus. Mereka berketetapan "kami datang untuk menyembah Dia". Ketetapan itu merupakan prioritas bagi orang-orang majus, dan dengan prioritas itu mereka berangkat untuk mencari Tuhan Yesus. Pada masa kinipun kalau kita tidak memprioritaskan Tuhan maka hidup kita akan terjebak dengan rutinitas yang akan menjauhkan kita dari hadiratNya. Kita menjadi orang yang terlalu sibuk, bahkan dengan urusan-urusan dari yang paling perlu sampai yang sebenarya kurang perlu. Kesibukan itu menyita waktu kita sehingga tidak ada waktu lagi untuk bersekutu dengan Tuhan. Tidak ada waktu untuk bersaat teduh di rumah. Bahkan sulit meluangkan waktu untuk beribadah ke gereja. Apa yang harus kita lakukan? Kita harus berani berketetapan seperti orang majus itu. Berketetapan untuk meluangkan waktu bagi Tuhan, berketetapan untuk menjadikan ibadah minggu sebagai waktu yang tidak tergantikan, dan berketetapan untuk ingin selalu menikmati hadirat Tuhan dalam setiap kesempatan. Kita harus berkata "kami mau datang untuk menyembah Dia." Dengan demikian kita akan tetap bersemangat mencari Dia.
Kedua soal pengorbanan (Matius 2:11). Pengorbanan orang-orang majus bukan hanya dilihat dari persembahan yang mereka bawa kepada Tuhan, yaitu emas, kemenyan dan mur. Tetapi boleh dikatakan bahwa persembahan orang-orang majus berupa emas, kemenyan dan mur itu merupakan puncak dari serangkaian pengorbanan yang mereka berikan selama dalam pencarian. Paling tidak mereka telah mengorbankan waktu mereka. Bisa saja waktu yang dibutuhkan untuk mencari Tuhan Yesus itu memakan waktu berbulan-bulan. Sebenarnya dengan waktu yang sedemikian lama itu dapat digunakan untuk bekerja, dan mencari uang. Tetapi mereka korbankan waktu itu demi untuk dapat bertemu dengan Tuhan. Pengorbanan lain yang diberikan oleh orang-orang majus itu adalah tenaga. Perjalanan berbulan-bulan membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Mereka harus melawan kelelahan selama perjalanan. Mereka minum dan makan selama perjalanan tidak seenak ketika mereka berada di rumah mereka masing-masing. Mereka harus berjuang dengan kesehatan mereka, bagaimana tetap menjaga kesehatan agar dapat sampai bertemu dengan Tuhan Yesus dalam keadaan sehat. Intinya ada banyak pengorbanan yang harus mereka berikan. Dan yang paling menonjol adalah bahwa orang-orang majus mengorbankan harta mereka untuk dipersembahkan kepada Tuhan Yesus. Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Kita juga harus siap untuk berkorban. Pada saat inipun untuk bertemu dengan Tuhan masih membutuhkan pengorbanan. Kita harus siap untuk berkorban, waktu, tenaga, bahkan harta kita. Korbankan waktu kita yang seharusnya untuk kepentingan kita dan diganti untuk menghadiri komsel. Korbankan tenaga kita untuk berlelah-lelah menjangkau jiwa bagi Tuhan. Korbankan harta kita yang seharusnya dapat kita nikmati untuk kesenangan hidup kita, tetapi harus diserahkan kepada Tuhan agar dapat menolong orang lain yang berkesusahan. Tanpa pengorbanan maka pencarian kita menjadi suatu yang mudah dan murah. Akibatnya pencarian kita tidak memiliki arti yang mendalam dalam hidup ini.
Kalau kita dapat memahami dua hal itu yaitu soal prioritas dan soal pengorbanan maka pencarian akan Tuhan dalam keseharian kita akan terus bisa kita lakukan. Bahkan kita akan tetap bersemangat untuk mencari Tuhan ditengah banyaknya halangan dan rintangan

Jumat, 21 November 2008

Visi 200:20
Saya merindukan gereja yang saya layani menjadi gereja yang bertumbuh. Kami melatih jemaat supaya mereka menjadi dewasa dan terlibat di dalam pelayanan. Saya mengamati bahwa banyak sekali diantara jemaat kami yang memiliki potensi pelayanan yang luar biasa. Mereka harus dilatih dan dimotivasi untuk terlibat dalam pelayanan. Semakin banyak jemaat dewasa yang terlibat dalam pelayanan maka gereja akan cepat bertumbuh. Mengapa demikian? Karena semakin banyak orang yang mengerjakannya sehingga pasti lebih cepat maju dibandingkan dengan gereja yang hanya dikerjakan oleh beberapa orang saja. Saya merindukan 60 persen dari jemaat kami terlibat pelayanan secara serius terutama sebagai: pendoa, pembawa jiwa, pemimpin kelompok sel dan pembina SPK, pelayan mimbar dan pelayan diakonia.
Visi 200:20 adalah keadaan yang akan dicapai pada akhir tahun 2008 ini, jumlah kehadiran rata-rata jemaat dalam kebaktian minggu adalah 200 orang, dan ada 20 komsel yang aktif. Kami mengharapkan ada kerjasama yang baik diantara kami untuk mewujudkan visi ini. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Itu adalah perkara kecil bagi Allah. Saya secara pribadi sangat percaya bahwa bersama Tuhan kita dapat melakukan perkara-perkara besar.
Mari ikutlah bergabung dalam visi ini, dukung dan doakan, ikutlah dalam pekerjaan pelayanan kepada Tuhan.
Selama ini pertumbuhan gereja kami cukup baik, kehadiran jemaat selalu naik dari waktu ke waktu, jumlah jiwa yang tercatat sebagai anggota di gereja kami adalah 350 orang pada saat ini. Walaupun rata-rata kehadiran jemaat kami saat ini baru berkisar 185 orang. Hanya tinggal bulan ini saja di tahun 2008 dan sampai akhir tahun ini diharapkan bisa mencapai 200 kehadiran rata-rata. Saat ini kami memiliki 10 komsel dan kami sudah mengadakan pelatihan untuk Pemimpin Kelompok Sel yang baru dan kami akan menambah 10 komsel baru lagi sampai akhir tahun ini. Bisa? Saya percaya pasti bisa. Dukung kami ya....

Sabtu, 08 November 2008

Mau jadi apa saja asal bisa bawa jiwa

Teladan Rasul Paulus luar biasa dalam 1 Korintus 9:19, dimana dia rela untuk menjadi hamba asalkan dengan jalan itu dia dapat memenangkan sebanyak mungkin orang. Kita dapat melihat pengorbanan yang luar biasa dari Rasul Paulus. Tujuan utamanya sudah jelas yaitu membawa jiwa bagi Tuhan. Dan dia mau melakukan apa saja untuk dapat menjangkau jiwa. I Korintus 9:22 mengatakan bahwa Paulus mau menjadi segala-galanya asalkan dapat memenangkan mereka. Ini sesuatu yang luar biasa. Apakah kita pada saat ini memiliki tingkat pengorbanan yang sedemikian dalam rangka mencari jiwa untuk Tuhan. Memang mencari jiwa membutuhkan pengorbanan, bukan hanya uang atau materi tetapi juga harga diri, ego, rasa malu, kedudukan, pangkat, kehormatan, kemapanan bisa saja harus kita korbankan agar Injil di beritakan. Apakah kita sudah siap berkorban?
Apa yang bisa kita lakukan sekarang, kalau dikatakan :aku mau menjadi segala-galanya asal dapat memenangkan jiwa? Maukah anda menjadi tukang antar jemput? Untuk mengantar dan menjemput jiwa baru ke gereja? Maukah kita sedikit berkorban rasa malu untuk menjemput mereka? see u